TEMPO.CO, Jakarta - Analis Pilarmas Investindo Sekuritas Okie Ardhiastama menilai pemecahan nilai nominal saham atau stock split saham PT Bank Central Asia Tbk atau BCA (BBCA) akan berdampak positif pada kinerja saham perseroan karena saham akan menjadi semakin likuid dan terjangkau bagi investor, terutama investor ritel.
"Tentu rencana manajemen untuk melakukan stock split dapat menjadi katalis positif baik untuk investor maupun saham BBCA sendiri ke depannya yang lebih likuid dan dapat mempertahankan BBCA sebagai perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar," ujar Okie saat dihubungi di Jakarta, Senin, 2 Agustus 2021.
Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia (BEI), BCA akan melakukan stock split untuk saham biasa dengan rasio 1:5. Dengan aksi korporasi tersebut, harga saham BBCA yang saat ini hampir mendekati Rp 30 ribu per saham, akan menjadi sekitar Rp 6.000 per saham.
Investor retail pun dapat membeli 1 lot atau setara dengan 100 lembar saham dengan harga Rp 600 ribu dari sebelumnya yang mencapai Rp 3 jutaan untuk 1 lot.
"Untuk retail relatif lebih terjangkau tentunya," kata Okie.
Jumlah saham BBCA sebelum stock split sebanyak 34,65 miliar saham, sedangkan setelah stock split akan menjadi 123,27 miliar saham. Sementara itu, nilai nominal saham BBCA sebelum stock split yaitu Rp 62,5 per saham. Sedangkan setelah stock split nilai nominal saham BBCA menjadi Rp 12,5 per saham.