“Kami jualan sehari dan kalau hasilnya bisa untuk nutup kulakan lagi aja, sudah syukur,” ucap Dimanto.
Sementara itu, Asisten Sekretariat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Bidang Pemerintahan dan Administrasi Umum, Sumadi, menjelaskan bahwa pihaknya telah menyiapkan skema bantuan kepada para pedagang di Malioboro melalui koperasi.
Sayangnya, belum semua pedagang masuk ke dalam anggota koperasi. “Nanti akan kami sampaikan dulu kepada pimpinan dan untuk bagaimana supaya diproses. Karena ini kan usulan baru ya,” ucapnya.
Adapun Kepala Unit Pelaksana Teknis Pengelola Kawasan Cagar Budaya Yogyakarta Ekwanto, menyatakan, sejumlah Pedagang Kaki Lima (PKL) dan toko-toko di sepanjang Malioboro sudah kembali buka. "Memang belum semuanya buka, baru sekitar 30 sampai 40 persen yang sudah kembali beraktivitas," katanya.
PKL dan toko yang sudah kembali berjualan itu biasanya menjual souvenir dan produk pakaian atau aksesoris. "Ada juga sedikit PKL kuliner dan lesehan di Malioboro yang juga kembali buka," ucap Ekwanto.
Ia menyatakan jumlah pengunjung ke kawasan tersebut masih terbilang cukup sepi dibanding kondisi normal. Sebagian besar yang datang adalah pengunjung lokal. Warga Yogyakarta saja, belum ada pengunjung dari luar daerah atau wisatawan.
Ekwanto menjelaskan, akses jalan menuju Malioboro yang kembali dibuka pekan lalu belum berpengaruh signifikan terhadap meningkatnya aktivitas perekonomian di kawasan tersebut. "Akses jalan memang sudah dibuka, tetapi terbatas. Hanya sepertiga dari lebar ruas jalan sehingga lalu lintas pun belum ramai. Mungkin hal ini juga menyebabkan belum seluruh PKL dan toko kembali buka," katanya.
Ia mengingatkan pelaku usaha untuk tetap memenuhi aturan PPKM salah satunya menutup usahanya maksimal pada pukul 20.00 WIB dan menjalankan protokol kesehatan secara disiplin. Adapun pedagang kuliner atau lesehan juga tetap diminta mematuhi aturan maksimal tiga pengunjung dan waktu makan 20 menit.
BISNIS | ANTARA
Baca: Cerita Pedagang soal Banyak Kios Ditutup hingga Dijual di Pasar Tanah Abang