“Kita lakukan dual intervention, di mana saat diperlukan kita akan masuk ke pasar, baik pasar spot maupun DNDF (Domestic Non-deliverable Forward) secara terukur," ucap Destry.
Pada Juni 2021, tekanan terhadap nilai tukar rupiah cukup kuat karena dipengaruhi oleh faktor eksternal. Faktor ini di antaranya karena ada kekhawatiran pertumbuhan ekonomi global yang diperkirakan lebih cepat sehingga penarikan stimulus oleh The Fed juga diperkirakan lebih cepat. “Sehingga ada ekspektasi suku bunga dan yield naik, karena itu mempengaruhi pasar keuangan kita,” kata Destry.
BI sebelumnya memperkirakan perekonomian global akan tumbuh lebih tinggi di tahun ini, sebesar 5,8 persen. Artinya, prediksi tersebut naik dari proyeksi awal sebesar 5,7 persen.
Pemulihan ekonomi global tersebut, menurut Destry, terjadi secara persisten sehingga banyak para analis termasuk beberapa lembaga keuangan internasional merevisi ke atas proyeksi perekonomian global. "Sama halnya di BI, karena kita melihat beberapa indikator menunjukkan pemulihan yang cukup impresif,” ucapnya.
BISNIS
Baca: BI Buka Penerimaan Calon Pegawai Muda, Ini Dokumen yang Harus Disiapkan