Kerugian timbul karena masih tingginya beban penjualan dan pemasaran yang mencapai Rp 1,51 triliun dan juga beban umum dan administrasi Rp 1,49 triliun. Sedangkan pendapatan Bukalapak pada akhir tahun lalu mencapai Rp 1,35 triliun, naik 25,56 persen dibandingkan 2019 Rp 1,07 triliun.
Adapun total aset konsolidasian perseroan per akhir Desember 2020 sebesar Rp 2,59 triliun, atau naik 26,29 persen dari tahun sebelumnya Rp 2,05 triliun. Hal ini dipicu lonjakan kas dan setara kas konsolidasian sebesar 67,93 persen atau senilai Rp 600 miliar, serta kenaikan aset pajak tangguhan konsolidasian senilai Rp 477,79 miliar.
Bukalapak selama 11 tahun terakhir mengklaim punya model bisnis yang terbukti sehat. Hingga akhir tahun lalu, Total Processing Value (TPV) perseroan mencapai Rp 85 triliun. Per 31 Desember 2020 tercatat 104,9 juta pengguna yang sekitar 70 persen transaksi berasal dari kota-kota di luar wilayah tier 1.
Chief Executive Officer (CEO) PT Bukalapak.com Tbk Rachmat Kaimuddin mengatakan dari 2018 hingga 2020 rata-rata tingkat pertumbuhan tahunan (compound annual growth rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 115 persen. Pada 2020 pendapatan Bukalapak sebesar Rp 1,35 triliun.
Hasil riset Frost & Sullivan menunjukkan Bukalapak merupakan platform e-commerce yang paling banyak memiliki jaringan mitra di Indonesia. Pada tahun lalu, tercatat sekitar 27 persen dari TPV Bukalapak berasal dari mitra. Di saat yang sama, jumlah mitra yang terdaftar sebanyak 6,9 juta dengan pertumbuhan penjualan per mitra setelah bergabung mencapai tiga kali lipat, berdasarkan estimasi internal perusahaan.
ANTARA
Baca: Setelah Bukalapak, OJK Sebut Ada Unicorn dan Decacorn Akan IPO Tahun Ini