TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Christianto Wibisono meninggal dunia pada hari ini, Kamis, 22 Juli 2021, di usia yang ke 76 tahun. Christianto adalah pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI) dan salah satu tokoh pers.
Kabar duka ini salah satunya disampaikan oleh mantan Wakil Presiden Indonesia Boediono lewat akun twitternya @boediono pada pukul setengah 7 malam. "Mas Christianto Wibisono. Rest in peace," cuit Boediono.
Selain itu, kabar duka ini juga disampaikan oleh juru bicara Partai Solidaris Indonesia (PSI) Andy Budiman. "Selamat jalan Pak Christianto Wibisono. Beristirahatlah dalam damai," cuit Andy dalam akun twitternya @Andy_Budiman_ pada pukul 6 sore.
Christianto tercatat sempat bergabung ke PSI pada 25 April 2018. Saat itu, pria kelahiran Semarang, 10 April 1945, tersebut menjadi bakal calon anggota legislatif dari PSI untuk daerah pemilihan DKI Jakarta.
Semasa hidupnya, selain dikenal sebagai analis bisnis kondang, alumnus Fakultas Hukum dan Ilmu Pengetahuan Kemasyarakatan (FHIPK) Universitas Indonesia itu juga dikenal sebagai penulis dan kolumnis. Christianto pun dikenal sebagai seorang yang aktif menyuarakan kebebasan pers di era Presiden Soeharto.
Karir kepenulisannya dimulai saat ia menjadi penulis di surat kabar terbitan Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia, yaitu Harian KAMI yang terbit perdana pada Juni 1966. Christianto juga tercatat terlibat dalam pendirian Majalah Tempo bersama Goenawan Mohamad, Harjoko Trisnadi, Fikri Jufri, Lukman Setiawan, dan Usamah pada 1971.
Namun demikian, ia keluar dari Tempo pada 1973 dan melanjutkan studinya di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UI di 1974 dan menamatkannya pada 1978. Pada 1980, ia mendirikan Pusat Data Bisnis Indonesia. Christianto sempat menjadi asisten pribadi dari Wakil Presiden Adam Malik pada 1978-1983.
Christianto angkat kaki dari Indonesia selang sebulan setelah peristiwa Kerusuhan Mei 1998. Ia pergi menuju Amerika Serikat bersama keluarganya sejak 11 Juni 1998. Ia diketahui baru pulang ke Jakarta setelah delapan tahun tinggal di Amerika tepatnya pada 2006.
Ia mengatakan memilih menyingkir ke negeri Abang Sam setelah mendapat surat kaleng yang berisi makian dan ancaman secara rasis serta tidak manusiawi. "Di Washington DC saya menjadi seorang lobbyist dengan memanfaatkan jaringan lembaga PDHI yang saya miliki," kata dia bercerita kepada Tempo pada Mei 2018.
Pada era Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur, Christianto sempat diminta untuk menjadi menteri. Namun, tawaran itu ia tolak. Dia kemudian menjadi anggota Komite Ekonomi Nasional era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2007-2010.
CAESAR AKBAR | FAJAR PEBRIANTO
Baca: Ekonom Christianto Wibisono Tutup Usia, Boediono: Rest in Peace