TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia atau APPBI Alphonzus Widjaja memperkirakan potensi kehilangan pendapatan mal Rp 5 triliun per bulan di masa PPKM darurat.
"Ada potensi pendapatan yang hilang kurang lebih Rp 5 triliun per bulan," kata Alphonzus dalam konferensi pers virtual, Kamis, 22 Juli 2021.
Jumlah itu terbagi dari seluruh anggota APPBI yang sekitar 350 di seluruh Indonesia. Khusus untuk Jawa dan Bali saja, kata dia sekitar 250 anggota yang paling terdampak PPKM darurat dan kehilangan pendapatan Rp 3,5 triliun per bulan.
"Kalau PPKM darurat ini dua bulan, berarti (Rp 5 triliun) di kali dua," ujarnya.
Menurutnya, potensi kerugian itu belum termasuk dengan beban operasional atau pengeluaran bulanan.“Itu angka pendapatan, tetapi tetap ada pengeluaran tiap bulan jadi akan kehilangan pendapat tapi tambah pengeluaran,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo Roy Nicholas Mandey mengatakan penutupan pasar swalayan memiliki multiplier effect terhadap usaha lain. Seperti, kata dia, beberapa pekerja sektor informal hingga pelaku usaha mikro kecil dan menengah akan kehilangan pendapatan.
“Kemudian ada outsourcing cleaning service, ada outsourcing maintenance itu orang-orang yang harian gajinya itu akan bermasalah daya beli,” kaya Roy.
Baca Juga: BCA Catat Laba Bersih 14,5 T pada Semester I 2021