TEMPO.CO, Jakarta - Pada hari pertama perpanjangan PPKM Darurat, Rabu, 21 Juli 2021, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka menguat. Pukul 09.03 WIB, IHSG naik 0,48 persen atau 28,79 poin menjadi 6.046,19.
Dalam pantauan terlihat 206 saham menguat, 98 saham melemah, dan 173 saham stagnan. Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BBRI tercatat sebagai saham yang terbanyak dibeli oleh investor asing pada sesi perdagangan hari ini dengan nilai beli bersih sebesar Rp 14 miliar hingga pukul 09.03 WIB.
Berikutnya ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan net foreign buy Rp 7,9 miliar. Saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) juga dibeli oleh para investor dengan nilai net foreign buy Rp 4,5 miliar.
Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi sebelumnya memperkirakan IHSG secara teknikal berpotensi berbalik rebound pada perdagangan hari ini. Menurut dia, IHSG secara teknikal terkoreksi namun mampu bertahan level support Moving Average 20 hari dan 50 hari.
Hal itu yang kemudian dinilai bakal membuka peluang indeks untuk berbalik menguat dan menghapus sebagian kerugian di perdagangan hari ini. “Momentum indikator Stochastic dan RSI masih dalam bullish momentum dan memiliki span yang cukup lebar menuju lanjutan penguatan hingga kondisi overbought,” kata Lanjar pada hari ini.
Lebih jauh ia memperkirakan IHSG secara teknikal IHSG berpotensi berbalik menguat dengan support resistance 6.000-6.082 pada hari ini. Sebelumnya, IHSG ditutup melemah 0,91 persen atau 55,12 poin dan parkir di posisi 6.017,39 pada perdagangan Senin lalu, 19 Juli 2021.
Sementara itu, nilai tukar rupiah dibuka di zona merah pada awal perdagangan hari ini. Data Bloomberg menunjukkan rupiah terkoreksi 0,09 persen ke Rp 14.530 per dolar AS. Adapun indeks dolar AS menguat 0,05 persen ke 93,02.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah berpotensi bergerak fluktuatif dan melemah lagi dalam rentang Rp 14.500 - Rp 14.540 per dolar AS. Menurut dia, posisi dolar AS terus menanjak kian mendekati level tertinggi dalam beberapa bulan karena kekhawatiran atas kenaikan inflasi dan peningkatan jumlah kasus Covid-19.