TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom senior Indef Faisal Basri memperkirakan ekonomi Indonesia perlu waktu paling cepat tiga tahun untuk pulih ke kondisi sebelum pandemi.
"Barangkali butuh waktu paling cepat tiga tahun untuk pulih ke kondisi sebelum pandemi. Mungkin 3-5 tahun kalau lihat situasinya seperti ini," ujar Faisal dalam webinar, Jumat, 16 Juli 2021.
Pasalnya, Faisal melihat penanganan pandemi di Indonesia masih bertele-tele dan tidak terorganisir. Selain itu, ia mengatakan panglima perang menghadapi pandemi di Tanah Air juga berganti-ganti.
Padahal, menurut Faisal, penanganan kedaruratan harus totalitas. Misalnya, dengan menggunakan hukum kedaruratan dan bukan dengan cara-cara biasa saja.
"Misal rumah sakit yang belum dapat bayaran dari pemerintah harus lewat audit dulu dan segala macam. Kan tidak bisa. Lalu nakes yang belum dibayar berbulan-bulan. Karena pakai cara birokrasi dalam keadaan normal," tutur Faisal.
Dalam situasi darurat, menurut Faisal, otoritas harusnya sepenuhnya ada di tangan komandan perang. Berbeda dengan sekarang, yang keputusannya harus diambil melalui rapat koordinasi. "Artinya, rapat koordinasi itu berbagai menteri harus mendiskusikan dulu karena tupoksi ada di masing-masing kementerian."
Dengan adanya komandan perang, misalnya Menteri Kesehatan, semestinya pengambilan keputusan bisa ditempuh dengan lebih cepat dan tidak perlu melewati banyak pembahasan. Meskipun demikian, kedaruratan tetap harus dibatasi waktu, misalnya tiga bulan.
"Kita harus last call kepada presiden. Pak, sesudah ini kami gak mau ngomong lagi deh, Bapak harus bikin yang namanya organisasi darurat perang. Kewenangannya jelas. Ini mau naikkan bansos tersinggung Menko PMK karena merasa tupoksinya. Kalau perang itu tidak ada tupoksi lagi karena komando perang," kata Faisal.
Sebelumnya, Faisal mengatakan penanganan pandemi di Indonesia semakin tidak karuan dan menyebabkan pemulihan ekonomi terbata-bata. Musababnya, tutur dia, semakin efektif pembatasan sosial maka semakin cepat ekonomi pulih.
Lambatnya penanganan Covid-19, kata Faisal, membuat pemulihan ekonomi Indonesia relatif lebih lambat ketimbang negara lain. "Pemulihan ekonomi kita seperti ubur-ubur, seperti kura-kura, seperti bajaj. Kalau Filipina memang rada gila presidennya, kecepatan recoverynya seperti Ferrari," tutur dia,
Faisal Basri juga menyoroti Turki dan India yang sempat menderita, namun kemudian angka kematiannya bisa ditekan lebih rendah dari Indonesia dan pemulihannya lebih cepat. "Karena betul-betul kebijakannya firm, bold, sakit tapi sebentar," tutur dia. "Di kesehatan kan gitu, banyak orang takut disuntik. Padahal kalau tidak disuntik lebih lama."
CAESAR AKBAR
Baca juga: Faisal Basri Sebut Kesalahan Utama RI dalam Tangani Covid-19: Menuhankan Ekonomi