TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan keuangan syariah global bisa tumbuh 5 persen dalam periode 2019-2024. Asetnya diperkirakan mencapai US$ 3,69 triliun.
"Tentu ini sangat dipengaruhi apakah pandemi Covid-19 tetap bisa mempengaruhi atau bisa diminimalkan perkembangan dari keuangan syariah global," kata Sri Mulyani dalam pembukaan konferensi internasional Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) yang disiarkan secara virtual Kamis, 15 Juli 2021.
Karena itu, kata dia, Indonesia perlu untuk terus memperkuat ketahanan perekonomian dan keuangan termasuk capital market dan islamic capital market.
"Indonesia harus mampu menorehkan berbagai perkembangan dan kemajuan dalam perekonomian dan keuangan syariah, seusai dengan makin tingginya aspirasi masyarakat untuk mendapatkan instrumen keuangan yang berbasis syariah," ujarnya.
Adapun dalam Global Islamic Economic Report 2020 memperkirakan stagnasi pada perkembangan aset keuangan syariah pada tahun itu, setelah pertumbuhan di tahun 2019 yaitu 13,9 persen. Volume perkembangan aset keuangan syariah yang tadinya US$ 2,52 triliun telah berkembang menjadi US$ 2,88 triliun.
Sedangkan dari sisi aset sektor keuangan syariah Indonesia, kata dia, sudah tumbuh cukup kuat. Di mana total keuangan syariah dari sisi aset, tidak termasuk kapitalisasi saham syariah pada Maret 2021 telah mencapai Rp 1.862,7 triliun. Hal ini berarti 9,96 persen dari seluruh total aset industri keuangan Indonesia.
"Sektor pasar modal syariah adalah bagian penting dari keuangan syariah dan juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik," ujar dia.
Data OJK Juni 2021, aset saham syariah telah mencapai Rp 3.372,2 triliun. Ini berarti 47,32 persen dari total kapitalisasi IHSG Indonesia.
Baca Juga: Terpopuler Bisnis: Jokowi Diminta Bantu Garuda, Moeldoko soal Mobil Anak Bangsa