Hal ini, menurut dia, yang bakal memicu sentimen negatif bagi pasar keuangan dalam negeri karena dengan kasus Covid-19 yang berlarut-larut. Selain itu pergerakan masyarakat yang direm dengan PPKM Mikro Darurat memicu stagnasi konsumsi masyarakat.
Apalagi, tak adanya investasi membuat ekonomi mati suri dan membuat roda perekonomian berpotensi macet. Walhasil, pertumbuhan ekonomi berpotensi turun.
Adapun faktor eksternal yang mempengaruhi rupiah berasal dari indeks harga konsumen inti (CPI) AS naik lebih tinggi dari perkiraan 0,9 persen bulan ke bulan di bulan Juni. Sementara harga konsumen naik paling tinggi dalam 13 tahun.
Fokus investor kini beralih pada kesaksian Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell terkait kapan bank sentral akan memulai pengurangan aset dan menaikkan suku bunga. Akibat kasus Covid-19 tercatat beberapa negara memperketat tindakan pembatasan seperti Australia dan Korea Selatan.
Atas sejumlah faktor tersebut di atas, Ibrahim memprediksi kurs rupiah pada esok hari akan ditutup kembali melemah. “Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 14.410 - Rp 14.530,” ucapnya.
BISNIS
Baca: Faisal Basri Sangsi Kimia Farma Tak Cari Keuntungan dari Vaksinasi Berbayar