Ia menyebutkan Indonesia, Korea Selatan, dan Malaysia, memulai industrialisasi pada 1980-an dengan angka pendapatan per kapita yang sama yakni sekitar 70 dolar AS.
Di sisi lain pendapatan per kapita Korsel pada 2019 telah mencapai 33.000 dolar AS dan turun pada 2020 menjadi 31.500 dolar AS. Sementara Malaysia 12.500 dolar AS pada 2019 dan turun menjadi 11.500 dolar AS pada 2020 akibat pandemi.
“Indonesia tadinya kita sudah masuk negara kelas menengah walaupun masih paling bawah 4.050 dolar AS, kemudian faktor pandemi kembali turun ke lower middle income country 3.870 dolar AS,” kata dia.
Berdasarkan laporan Bank Dunia dalam “World Bank Country Classifications by Income Level, Indonesia kembali masuk pada kategori negara berpendapatan menengah bawah (Lower Middle Income Country) pada 2020, karena turunnya pendapatan per kapita.
Tak hanya terkait peta jalan industrialisasi, Didin menjelaskan beberapa faktor penunjang Indonesia tertinggal dari kedua negara itu adalah jumlah penduduk yang mencapai sekitar 280 juta jiwa.
Kemudian letak geografis Indonesia yang terdiri dari kepulauan sekaligus adanya heterogenitas paling beragam di dunia sehingga tak jarang menyebabkan terjadinya ketimpangan.
Menanggapi pernyataan ekonom senior Indef Didin S Damanhuri, Staf Menteri Keuangan Yustinus Prastowo menuturkan pemerintah saat ini fokus menangani pandemi covid dan dampaknya. Pemerintah, kata dia, menyiapkan langkah yang responsif agar pandemi semakin terkendali, sambil memastikan upaya pemulihan ekonomi berjalan di rel kebijakan yang tepat.
BACA: Industri Ini Diprediksi Tumbuh 30 Persen selama PPKM Darurat
Catatan redaksi: Judul dan isi berita diubah karena narasumber ekonom Indef Didin Damanhuri salah mengutip data laporan Bank Dunia. Berita semula 'Indef: Indonesia Kembali Turun ke Low Income Country karena Pandemi' diubah menjadi 'Indef Sebut Indonesia Tidak Memiliki Peta Jalan Industrialisasi Nasional'.