KAEF menjelaskan dana yang dihimpun dalam rights issue ini akan digunakan untuk memenuhi pembayaran pinjaman yang jatuh tempo dan modal kerja serta pengembangan usaha dalam rangka transformasi digital.
Pada Agustus 2020, KAEF meluncurkan aplikasi Kimia Farma Mobile yang memungkinkan pelanggan untuk dapat memperoleh layanan kesehatan hanya dengan menggunakan gawai (gadget).
Di internal, KAEF berencana melakukan digitalisasi agar industri farmasi bisa menghemat biaya operasional.
“Perseroan saat ini berupaya memperkuat sisi operasionalnya dengan melakukan transformasi digital agar proses dari hulu ke hilir, dari pabrik, distribusi, dan ritel farmasi akan terhubung semua dalam sistem Teknologi Informasi,” tulis KAEF.
Saat ini, KAEF memiliki beberapa pabrik yang memproduksi bahan baku obat, obat jadi, obat herbal, kina, yodium serta produk-produk turunannya, minyak nabati, dan kosmetik.
Segmen manufaktur dijalankan oleh entitas induk dan juga entitas anak dan didukung oleh riset dan pengembangan, distribusi dan perdagangan, pemasaran, ritel farmasi, laboratorium klinik dan klinik kesehatan.
Secara umum, produk yang dihasilkan Kimia Farma terbagi dalam 6 lini produksi yaitu etikal, obat bebas, generik, narkotika, lisensi, dan bahan baku.
BISNIS
Baca juga: Kimia Farma Tunda Pelaksanaan Vaksinasi Individu Berbayar, Kenapa?