TEMPO.CO, Jakarta - Konglomerat sekaligus pendiri perusahaan investasi Northstar Group Patrick S. Walujo menjelaskan dampak ekonomi jika pemerintah mengambil kebijakan lockdown atau penguncian wilayah.
“Memang ini dilematis kebijakan lockdown dan impact terhadap ekonomi,” ujarnya dalam sebuah acara diskusi seperti dikutip Bisnis, Sabtu, 3 Juli 2021.
Dia memberi contoh negara tetangga, Singapura, saat melakukan lockdown pada 2020, dampak pada ekonominya cukup besar. Padahal Singapura menyuntikkan stimulus sebesar US$ 100 miliar.
Stimulus itu, sambungnya, setara dengan 20 pesen produk domestik bruto Singapura. “Dengan stimulus itu kontraksi ekonomi pada tahun lalu negatif 15 persen. Padahal di sana negara penduduk penghasilan cukup tinggi,” kata Patrick yang juga menantu TP Rachmat, mantan Dirut Astra Internasional.
Patrick mengkhawatirkan, apabila memilih opsi lockdown, masyarakat yang memiliki ekonomi strata terbawah atau bekerja sektor informal akan terkena dampak cukup besar.
“Apakah negara kita mempunyai kekuatan yang sama menjaga impact itu. Kalau 20 persen dari GDP kita US$ 1 triliun itu butuh US$ 200 miliar dolar (sekitar Rp 2.891 triliun). Itu ongkos ke arah sana [lockdown],” katanya.