TEMPO.CO, Jakarta - Guru Besar Ekonomi Universitas Indonesia Emil Salim mengatakan energi fosil yang dipakai dalam revolusi industri di Indonesia mendorong peningkatan produksi karbon dioksida (CO2) dan emisi gas rumah kaca.
"Kunci dari revolusi industri adalah energi dan energi yang mendorong terjadinya karbon dioksida dan green house gas adalah fosil fuel. Batu bara, minyak bumi, gas alam adalah kunci dari sumber energi yang dipakai dalam industrialisasi menjadi dominan di dalam pembangunan Indonesia," kata Emil Salim di Jakarta, Jumat, 2 Juli 2021.
Penggunaan energi fosil dalam banyak proyek pembangunan nasional itu menjadikan Indonesia masuk ke dalam peringkat lima besar penghasil karbon dioksida terbesar di dunia.
Emil Salim menyarankan agar strategi pembangunan berbasis energi fosil diganti dengan energi baru terbarukan.
Maret lalu, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan porsi pemanfaatan energi baru terbarukan atau EBT pada bauran energi nasional mencapai 11,2 persen.
Sedangkan batu bara 38 persen, minyak bumi 31,6 persen, dan gas bumi 19,2 persen. Peran EBT ditargetkan mencapai 23 persen pada 2025