Adapun faktor eksternal yang turut mempengaruhi pelemahan rupiah adalah menguatnya mata uang dolar menguat seiring dengan kekhawatiran atas meningkatnya kasus Covid-19 di Asia. Selain itu ada kenaikan minimal menjelang rilis gaji utama minggu ini.
Investor juga sedang membaca data ketenagakerjaan AS yang dapat menentukan kapan bank sentral AS, The Fed, akan menarik langkah-langkah stimulusnya. "Sejumlah wilayah di Asia berjuang dengan penyebaran varian delta yang sangat menular dari virus Covid-19," kata Ibrahim dalam keterangan resminya hari ini.
Bila Australia telah mengunci beberapa kota, Indonesia masih berusaha keluar dari predikat rekor kasus tertinggi, Malaysia bakal memperpanjang penguncian dan Thailand telah mengumumkan pembatasan baru.
Meski begitu, pernyataan bank sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) yang cenderung hawkish mengejutkan sejumlah pelaku pasar. Pejabat The Fed sejak itu fokus pada beberapa rilis data mendatang yang akan menentukan perlunya pengurangan aset dan kenaikan suku bunga.
Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan pada minggu lalu bahwa keputusan tidak akan didasarkan hanya pada ketakutan terhadap inflasi dan akan mendorong pemulihan pasar kerja yang luas dan inklusif.
Lebih jauh Ibrahim memperkirakan mata uang rupiah dibuka berfluktuatif pada esok hari, dan akan melanjutkan pelemahannya. “Rupiah kemungkinan akan bergerak pada kisaran Rp 14.470 - Rp 14.520 per dolar AS,” tuturnya.
BISNIS
Baca: Sentimen Rekor Lonjakan Kasus Covid Bayangi Pelemahan Rupiah