TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan atau BPK telah merekomendasikan ke Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan (BP Jamsostek) untuk melakukan cut loss atau take profit atas 6 saham yang dimiliki untuk mencegah kerugian lebih besar lagi. Hal tersebut disampaikan dalam Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) II 2020 yang dirilis BPK pada Rabu lalu, 23 Juni 2021.
Dari pemeriksaan atas pengelolaan investasi dan operasional tahun 2018 hingga November 2020 pada BPJS Ketenagakerjaan serta instansi terkait lainnya di DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, dan Kepulauan Riau, BPK menemukan sejumlah permasalahan signifikan.
Salah satu masalah itu adalah tata kelola investasi BPJS Ketenagakerjaan yang dinilai belum sepenuhnya memadai. Akibatnya, lembaga tersebut kehilangan kesempatan untuk memperoleh hasil pengembangan dana secara optimal.
Secara spesifik, BPK merekomendasikan ke BP Jamsostek agar membuat mekanisme cut loss secara jelas dan tegas untuk bisa direalisasikan. Berikutnya, BP Jamsostek diminta mempertimbangkan untuk melakukan take profit atau cut loss enam saham yang tidak ditransaksikan yakni SIMP, KRAS, GIAA, AALI, LSIP, dan ITMG.
Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada menyatakan dari enam saham yang disebut BPK, tiga di antaranya masih prospektif. Ketiga saham itu adalah perusahaan di sektor perkebunan yakni PT Salim Invomas Pratama Tbk. (SIMP), Astra Agro Lestari Tbk. (AALI), dan PT PP London Sumatera Indonesia Tbk. (LSIP).
Reza menjelaskan, emiten perkebunan memiliki peluang yang baik karena postur pengembangan produk sawit ke depannya cukup bagus. Hal itu pun bergantung kepada seberapa besar kemauan pemerintah dalam mengembangkan industri sawit.
Sementara, soal saham ITMG atau PT Indo Tambangraya Megah Tbk. yang bergerak di sektor pertambangan, menurut Reza, memang bersifat musiman dan bergantung kepada harga komoditas secara global.
