Pembangunan PLTSa ini juga mendapat dukungan penuh dari Wali Kota Surakarta, Gibran Rakabuming Raka. Pada saat kunjungannya Februari 2021 lalu, ia mengatakan beroperasinya pembangkit ini akan menjadi solusi permasalahan sampah di Kota Solo.
PLTSa Surakarta memanfaatkan komposisi sampah yang terakumulasi dari TPA Putri Cempo dengan total kebutuhan sampah sekitar 276 ton per hari. Dengan menggunakan incinerator, energi panas yang dihasilkan dari proses pembakaran sampah tersebut untuk menggerakkan generator yang kemudian menghasilkan listrik.
Meskipun melalui proses pembakaran, penggunaan sampah sebagai bahan energi tidak akan mencemari lingkungan sekitar, karena gas yang dihasilkan dari proses ini bebas dari TAR maupun kandungan lainnya yang berbahaya.
Tak hanya membeli listrik dari PLTSa, PLN melalui program Co Firing juga telah mendorong penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar PLTU. Biomassa bisa diambil dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga.
Bersumber dari Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional, jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sebanyak 864.469 ton/hari, dan yang tidak terkelola sebesar 3.964.946 ton/hari. Dengan memanfaatkan sampah (pelet) menjadi subtitusi bahan bakar di sejumlah pembangkit dapat menjadi solusi mengatasi masalah sampah di perkotaan.
Baca Juga: Dukung EBT, PLN Co-Firing Biomassa di 17 PLTU Hasilkan 189 Megawatt
SYAHARANI PUTRI | MARTHA WARTA