TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Harian Yayasan Lembaga Keuangan Indonesia (YLKI) Tulus Abadi meminta Otoritas Jasa Keuangan atau OJK untuk bersikap tegas dalam mengawasi bank.
Terus munculnya kasus kehilangan uang nasabah di bank dengan berbagai modus, menurut dia, harus segera ditindaklanjuti otoritas dengan memanggil seluruh industri perbankan dan meminta penjelasan lebih lanjut.
"Jika kejadian uang hilang berlangsung berulang kali, ini akan menggerus kepercayaan masyarakat terhadap institusi perbankan. Hal ini tidak boleh dianggap sepele," kata Tulus ketika dihubungi, Ahad, 20 Juni 2021.
Apalagi tak sedikit kasus dana nasabah yang raib itu disebabkan oleh sistem teknologi informasi perbankan yang tidak handal. "Kami menduga ada kelemahan mendasar dari bank sehingga mudah diretas oleh oknum atau orang luar," tuturnya. "Harus ada audit forensik semua sistem IT bank."
Bisnis perbankan yang berbasis kepercayaan, menurut Tulus, juga harus segera dipulihkan karena sudah sangat meresahkan masyarakat. "Tak hanya bank swasta, banyak kasus terjadi di bank BUMN besar," ucapnya.
Masyarakat dikhawatirkan tak lagi mau mempercayakan simpanannya di bank. "Kalau seperti ini, mau ditaruh mana uang kita? Apa lebih baik disimpan di bawah kasur saja?" kata Tulus.
Oleh karena, kata Tulus, YLKI meminta OJK memanggil seluruh manajemen bank untuk mengaudit keandalan IT bank masing-masing. Selain itu, bank juga harus mengevaluasi sistem rekrutmen pegawai dan meningkatkan pengawasan internalnya. "Kalau terbukti oknum bank yang membobol dana nasabah, berarti ada yang tak beres dengan rekrutmen dan pengawasan internal selama ini."
Dalam pendampingannya ke masyarakat, YLKI menyebutkan sejumlah kasus kehilangan uang di bank berujung pada pengembalian dana ke nasabah dengan syarat hasil investigasi menunjukkan posisi nasabah benar. "Yang ditangani YLKI selama ini nilainya memang kecil-kecil, tapi meresahkan, misalnya skimming kartu ATM," ucap Tulus.