TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Inarno Djajadi menyebutkan pertumbuhan frekuensi transaksi saham selama tiga tahun terakhir menjadikan pasar modal di Tanah Air sebagai yang teraktif di kawasan Asia Tenggara.
Sejak swastanisasi bursa efek di tahun 1992, kata Inarno, aktivitas transaksi saham saat ini telah mencapai rekor baru. Hingga 4 Juni 2021, BEI mencatat rata-rata 1,2 juta transaksi per hari di Indonesia. Jumlah tersebut naik signifikan dibandingkan rerata transaksi pada 2020 lalu sebesar 677.430 transaksi.
“Selama periode 2019 hingga awal Juni 2021, rerata jumlah transaksi pasar modal Indonesia merupakan yang terbaik di negara-negara ASEAN,” kata Inarno saat memberikan sambutan pada acara ETFest 2021 yang diselenggarakan PT Indo Premier Sekuritas, Jumat, 11 Juni 2021.
Kenaikan frekuensi transaksi itu, menurut Inarno, diikuti dengan lonjakan volume perdagangan yang yang hingga 4 Juni 2021 tercatat sebesar 18,33 miliar lembar saham. Tren positif ini dipengaruhi oleh pertumbuhan investor pasar modal domestik.
“Kami melihat pemanfaatan teknologi yang pesat di masa pandemi virus corona berdampak positif terhadap pertumbuhan investor dalam setahun terakhir," ucapnya.
Sementara itu, hingga akhir Mei 2021 jumlah investor telah mencapai lebih dari 2,4 juta Investor saham. Angka ini tumbuh 42 persen dibandingkan dengan total pada akhir tahun 2020 sebesar 1,69 juta investor.
Sementara itu, total investor pasar modal Indonesia hingga akhir Mei tercatat sebanyak 5,37 juta investor. Jumlah tersebut tumbuh 38 persen dari angka akhir tahun 2020 sebanyak 3,88 juta investor pasar modal.
Jumlah investor saham aktif harian, kata Inarno, juga naik. "Dari 94,7 ribu investor menjadi 203 ribu investor aktif hingga Mei 2021."
BISNIS
Baca: Harga Sahamnya Melejit 850 Persen, Begini Penjelasan Multipolar ke BEI