TEMPO.CO, Jakarta - Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan kapasitas 2000 Megawatt (MW) bakal dibangun di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur. Saat ini, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) sedang mengkaji lokasi untuk pengembangan tahap awal pembangkit ini.
Selain itu, kajian juga mencakup pembangunan transmisi high-voltage dan direct current (HVDC) 500 kilovolt dari Sumba ke Jawa. Menurut Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, pengembangan Energi Baru Terbarukan (EBT) seperti ini diharapkan dapat memberikan multiplier effect pada lapangan kerja, ekonomi, dan investasi.
"Khususnya pada sektor pariwisata yang tengah tumbuh sangat cepat di NTT,” kata Suharso dalam keterangan tertulis di Jakarta, Sabtu, 5 Juni 2021, usai bertemu dengan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor Laiskodat.
Bappenas mencatat NTT saat ini merupakan salah satu yang provinsi dengan rasio elektrifikasi terendah di Indonesia, yaitu 86,81 persen. Padahal, NTT memiliki
potensi sumber energi terbarukan seperti matahari, angin, serta arus laut yang besar, hingga 25.000 MW.
Di NTT, Bappenas mencatat Pulau Sumba pun memiliki potensi energi surya yang tinggi, terutama di sebelah utara, timur, dan selatan. Menurut Bappenas, iradiasi tertinggi sebesar 4,81–5,50 kilowatt per meter persegi.
Sehingga, lokasi ini dipilih jadi tempat pengembangan PLTS tersebut. Saat ini, Pemerintah NTT juga telah berkomitmen untuk mempersiapkan lahan seluas 50.000 hektare sebagai lokasi pembangunan pembangkit skala besar ini.
Secara umum, Suharso pun menjelaskan tahap pemgembangan energi bersih di NTT. Jangka pendek yaitu mengganti Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) menjadi PLT EBT selama 3-4 tahun ke depan.
Jangka panjang yaitu melakukan konsolidasi proyek-proyek EBT di NTT. Tujuannya agar proyek ini dapat terintegrasi ke jaringan smart NTT-Jawa dan ekspor EBT ke Nusa Tenggara Barat, Bali, dan Jawa Timur.