TEMPO.CO, Jakarta - Para menteri dari kelompok perdagangan Asia-Pasifik atau APEC berencana mendiskusikan proposal yang diajukan oleh Selandia Baru untuk menghapus tarif atas vaksin Covid-19 dan produk medis terkait lainnya. Hal ini dilakukan walaupun sejumlah anggota kelompok tersebut menganggap rencana itu terlalu ambisius.
Sebelumnya, Selandia sebagai tuan rumah penyelenggaraan APEC berharap agar 21 negara anggota kelompok itu menyetujui “pedoman praktik terbaik” tentang pergerakan vaksin dan produk medis terkait lain dalam konteks lintas batas. Hal itu diharapkan bisa mengurangi penundaan pengiriman vaksin yang lebih kuas.
Selandia Baru yakin kesepakatan itu akan menunjukkan bahwa APEC bersikap responsif dan relevan terhadap krisis yang dihadapi oleh dunia. “Distribusi vaksin yang sukses di kawasan kita akan menjadi penting bagi pemulihan kita,” kata Menteri Perdagangan Selandia Baru Damien O’Connor kepada wartawan dalam konferensi pers menjelang pertemuan tersebut, Ahad, 6 Juni 2021.
Saat ini tarif rata-rata APEC untuk vaksin terbilang rendah, yakni sekitar 0,8 persen. Meski begitu, barang-barang lain yang penting dalam rantai pasok vaksin menghadapi tarif yang lebih tinggi.
Sejumlah barang penting lain yang masuk dalam rantai pasok vaksin itu meliputi larutan alkohol, peralatan pembekuan, bahan pengemas dan penyimpanan, botol dan sumbat karet yang dikenai tarif rata-rata di atas 5 persen. Sedangkan tarif impor dapat mencapai 30 persen di beberapa ekonomi APEC.
Para pejabat senior telah melakukan diskusi sejak 18 Mei lalu dan menteri perdagangan mengadakan diskusi akhir dalam pertemuan virtual pada Sabtu. Setelah itu, pernyataan bersama akan dikeluarkan.