TEMPO.CO, Jakarta - Pendapatan PT AirAsia Indonesia Tbk. sepanjang tahun 2020 anjlok hingga 76 persen menjadi Rp 1,61 triliun dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan pendapatan didorong oleh anjloknya jumlah kapasitas penerbangan hingga 76 persen dan berkurangnya penumpang mencapai 83 persen pada kuartal IV 2020.
Manajemen AirAsia mengakui tiket pesawat yang dijual dengan harga murah tidak cukup mendongkrak pertumbuhan penumpang. “Tarif yang rata-rata lebih rendah, bahkan ketika periode permintaan tinggi seperti musim libur pertengahan dan akhir tahun, bahkan tidak cukup kuat untuk mendorong permintaan,” ujar Direktr Utama Utama PT AirAsia Indonesia Tbk. Dendy Kurniawan dalam keterangan yang dikutip pada Ahad, 6 Juni 2021.
Pendapatan AirAsia pada 2020 berbanding terbalik dengan 2019. Emiten berkode saham CMPP itu meraup pendapatan hingga Rp 6,7 triliun dengan jumlah penumpang yang tumbuh sampai 52 persen pada 2019.
Penurunan jumlah penumpang pada 2020 disebabkan oleh penutupan perbatasan internasional untuk perjalanan non-esensial dan pembatasan pergerakan masyarakat. Dendy menjelaskan, situasi pandemi yang berkepanjangan di Indonesia berdampak luar biasa terhadap operasional perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan.
Perusahaan juga mencatat kerugian EBITDA sebesar Rp 1,66 triliun pada 2020. Posisi ini berubah signifikan dibandingkan dengan EBITDA positif pada 2019 sebesar Rp 134 miliar.
Meski demikian, Dendy mengklaim perusahaan berhasil mengurangi dampak pandemi dengan melakukan pengendalian biaya secara menyeluruh, melakukan promosi, dan memaksimalkan operasi jumlah pesawat sebanyak 20 unit menjelang akhir tahun.