TEMPO.CO, Jakarta - Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication PT Bank Central Asia Tbk. atau BCA, Hera F. Haryn, menjelaskan bahwa perseroan tetap melakukan pencadangan pada tahun ini sebagai antisipasi selama masa pandemi Covid-19.
Pencadangan tersebut, kata Hera, tetap dilakukan meskipun BCA melihat bahwa perekonomian Indonesia akan membaik tahun ini seiring dengan dimulainya vaksinasi Covid-19.
Menurut Hera, emiten dengan kode saham BBCA tersebut masih akan tetap melakukan pencadangan sebagai langkah antisipasi kualitas kredit ke depannya sejalan dengan pemulihan ekonomi.
"Per Maret 2021, BCA membukukan biaya pencadangan sebesar Rp 3,3 triliun, meningkat 50,3 persen YoY," ujar Hera ketika dihubungi, Jumat, 4 Juni 2021.
Di tengah tantangan saat ini, menurut Hera, BCA tetap optimistis bahwa geliat perekonomian di Indonesia akan bangkit kembali. Hal tersebut seiring dengan pemulihan ekonomi yang mulai berjalan disertai dengan penerapan protokol kesehatan dan berbagai kebijakan strategis dari regulator dan otoritas perbankan.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pemupukan pencadangan pada kuartal pertama tahun ini masih meningkat. Baki cadangan kredit yang diberikan bank umum tercatat Rp 321,71 triliun, naik dari posisi awal tahun Rp 304,17 triliun.
Sementara itu, Kepala Ekonom BCA David Sumual memprediksi pemupukan pencadangan tidak lagi signifikan ke depannya. Kondisi ekonomi yang menunjukkan perbaikan saat ini sudah menurunkan loan at risk perbankan secara signifikan.
Hal tersebut, kata David, mengikuti tren peningkatan ekspor-impor, indeks manufaktur, dan transaksi keuangan masyarakat. "Saya melihat CKPN (cadangan kerugian penurunan nilai) ke depan justru lebih terkendali, mengikuti indikator ekonomi. Cuma memang pencadangan masih akan menjadi pilihan," tuturnya.