"Keunggulan kompetitif minimarket dalam hal daya tawar yang kuat dengan pemasok dan kedekatan dengan pembeli akan menyulitkan operator hypermarket untuk memperluas kehadirannya, meskipun persaingan di ruang hypermarket berkurang," katanya dalam keterbukaan, dikutip Jumat, 4 Juni 2021.
Kinerja keuangan hypermarket yang sedang lesu juga semakin mempersulit persaingan dengan minimarket. HERO terus mengalami kerugian operasional sementara pendapatannya turun 16 persen secara tahunan menjadi Rp1,7 triliun pada kuartal I/2021 dari Rp2,6 triliun pada kuartal I/2020.
Hypermart MPPA juga akan mengalami kesulitan untuk memperluas gerainya secara signifikan, karena pendapatannya menurun sebesar 22 persen selama tahun 2020 dan terus mengalami kerugian operasional.
Di sisi lain, Fitch memperkirakan Alfamart akan terus membukukan pertumbuhan pendapatan sekitar 5 persen pada 2021 sambil mempertahankan marjin EBITDA yang stabil di sekitar 6 persen, didukung oleh kombinasi ekspansi toko dan pemulihan pertumbuhan penjualan toko yang sama.
Proposisi bisnis hypermarket dalam hal area toko yang lebih besar juga menghasilkan biaya operasi yang lebih tinggi dalam hal sewa dan tenaga kerja untuk dijalankan dibandingkan dengan minimarket. Sebagai perbandingan, beban gaji HERO menyumbang sekitar 10-13 persen dari total pendapatan sepanjang 2019-2020 sedangkan beban serupa hanya menyumbang 8-9 persen dari total pendapatan Alfamart.
"Fitch percaya bahwa pemulihan lalu lintas toko seiring meredanya pandemi Covid-19 juga akan lebih menguntungkan format yang lebih kecil daripada format besar," katanya. Belanja bahan makanan di lingkungan sendiri memerlukan biaya transaksi yang lebih rendah bagi konsumen dalam hal melakukan perjalanan dan waktu yang terlibat.
Baca Juga: Giant Tutup Juli 2021, Serikat Pekerja: 60-70 Persen Karyawan Ingin Berhenti