TEMPO.CO, Jakarta – Sebanyak sebelas warga Dusun Badrek dan Bulusari, Kediri, memprotes jumlah uang pengganti lahan untuk bakal Bandara Kediri tak sesuai harapan. Nilai penggantian tanah milik warga disebut-sebut jauh lebih rendah dari harga pasar.
“Harganya anjlok jadi Rp 10,5 juta per ru (per 14 meter). Padahal harga pasaran sudah Rp 15,5 juta per ru,” ujar pemilik tanah eluas 600 meter di Dusun Badrek, Nurul Anis (36 tahun), saat dihubungi Tempo pada Ahad, 30 Mei 2021.
Anis dan beberapa warga lainnya sempat bertemu dengan manajemen PT Gudang Garam untuk menegosiasi masalah uang pengganti lahan. Namun, pihak perusahaan menyerahkannya kepada tim sembilan yang berisi aparatur daerah.
Sejak itu, negosiasi dilakukan dengan makelar yang ditengarai merupakan utusan dari tim sembilan tersebut. Negosiasi sempat berlangsung alot karena pihak-pihak tertentu diduga menyudutkan warga untuk segera menyepakati harga dari uang ganti lahan.
“Waktu 2019 ada kejadian-kejadian yang agak memojokkan mental warga. Namun sampai sekarang, 11 warga masih bertahan,” ujar Anis.
Proses pembebasan lahan untuk Bandara Kediri telah berlangsung sejak 2016. Lima tahun lalu, Anis mengatakan nilai uang ganti lahan milik warga telah mencapai Rp 15,5 juta. Kalau itu, lahan yang dibebaskan untuk proyek bandara berupa sawah dan ladang.