Beberapa peretail seperti Walmart asal Amerika Serikat, Carrefour asal Prancis, dan Tesco asal Inggris sudah lebih dulu menjauh dari format hipermarket.
Patrik juga membeberkan, bahwa sebenarnya perseroan tak menyerah dengan keadaan begitu saja. Sejumlah upaya sudah dilakukan untuk mempertahankan Giant lewat perbaikan sejumlah gerai dan peningkatan kualitas produk dalam rangka menggaet pelanggan.
“Tapi tren (perubahan perilaku konsumen) itu bertahan. Dan kami melihat perubahan perilaku itu makin cepat pada masa pandemi ini,” ujar Patrik.
Patrik pun menegaskan penutupan seluruh gerai Giant yang mencapai 100 gerai bukan karena dampak pandemi saja, melainkan lebih disebabkan oleh perilaku belanja konsumen yang sudah dijelaskannya tadi. Menurutnya, keputusan ini diambil setelah mempertimbangkan kebaikan bagi semua pihak.
Perseroan percaya keputusan ini akan membawa hasil yang positif di masa depan untuk jangka panjang. Di sisi lain, Patrik mengungkapkan berdasarkan hasil tinjauan perseroan merek dagang yang dikelola PT Hero lainnya yaitu Hero Supermarket, Guardian, dan IKEA berpotensi tumbuh lebih tinggi ketimbang Giant.
Giant selama ini dikenal sebagai toko retail modern dengan format hipermarket yang menyasar pelanggan dengan kebutuhan skala besar. Selain itu, Giant juga hadir dalam bentuk supermarket dengan nama Giant Ekspres.
BISNIS
Baca: Seluruh Gerai Giant Ditutup, karena Format Hipermarket Tak Lagi Menarik?