Sementara Analis Commerzbank, Carsten Fritsch, menilai jika jaringan pipa tidak beroperasi untuk waktu yang lama bakal berdampak luas pada pasar minyak dunia. "Tidak hanya di AS, tetapi juga di Eropa," katanya. “Meski begitu, saat ini diasumsikan gangguan pada jaringan pipa akan teratasi dalam hitungan hari, jadi dampaknya akan dibatasi.”
Gedung Putih bekerja sama dengan Colonial untuk membantu pemulihannya. Menteri Perdagangan Gina Raimondo mengatakan perbaikan pipa merupakan prioritas utama.
Hingga kemarin, Pemerintah AS mengaku belum menerima permintaan apapun untuk mengesampingkan Undang-Undang Jones sebagai tanggapan atas penutupan pipa. Hal tersebut disampaikan oleh Juru bicara Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS.
Seorang pejabat tinggi keamanan nasional Gedung Putih mengatakan komunitas intelijen AS sedang bekerja untuk menentukan apakah peretas Colonial Pipeline memiliki hubungan dengan Pemerintah Rusia.
Adapun Anne Neuberger, Wakil Penasihat Keamanan Nasional untuk Dunia Maya, mengatakan kepada wartawan pada pengarahan Gedung Putih bahwa FBI telah melacak kelompok ransomware DarkSide setidaknya sejak Oktober lalu.
Sebuah rilis berita yang dikeluarkan atas nama DarkSide mengatakan tujuannya adalah untuk menghasilkan uang dan bukan menciptakan masalah bagi masyarakat.
Sebenarnya tren harga minyak mentah Brent telah meningkat lebih dari 30 persen tahun ini. Hal tersebut didukung oleh pengurangan pasokan oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, yang dikenal sebagai OPEC+, dan pelonggaran pembatasan pergerakan Virus Corona di Amerika Serikat dan Eropa.
Namun pandemi yang memburuk di Asia telah membebani harga minyak. Infeksi dan kematian Virus Covid-19 di India mendekati rekor tertinggi harian pada Senin kemarin, 10 Mei 2021.
ANTARA
Baca: Harga Minyak Melonjak ke USD 64,86 Usai OPEC+ Sepakat Pangkas Produksi per Mei