Nababan pun berperan cukup lama, dari 1967-1984, sebagai Sekretaris Umum Dewan Gereja-gereja di Indonesia (DGI) yang kemudian berganti nama menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI). Ia juga menjadi ketua umum di lembaga ekumenis tersebut pada 1984-1987.
SAE pernah mengemban sejumlah jabatan di berbagai forum ekumenis dunia. Misalnya, Lutheran World Federation (LWF), Christian Conference of Asia (CCA), United Evangelical Mission (UEM) dan Dewan Gereja Dunia (World Council of Churches, WCC).
Bagi masyarakat Indonesia, namanya lebih dikenal saat menjadi pimpinan (Ephorus) HKBP selama 1987-1998. Di periode kedua kepemimpinannya (1992-1998), rezim Orde Baru melakukan intervensi pada pemilihan pimpinan HKBP.
SAE Nababan termasuk salah satu inisiator untuk mempertemukan tokoh dan kelompok reformasi yang akhirnya melahirkan Deklarasi Ciganjur serta mengamanatkan agenda reformasi Indonesia. Sumbangsih pemikiran SAE Nababan bagi gereja dan masyarakat Indonesia terangkum dalam sejumlah khotbah dan tulisannya, seperti buku berjudul “Selagi Masih Siang” yang telah terbit tahun lalu.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | FRISKI RIANA
Baca juga: Wafat di Usia 88 Tahun, Pendeta Senior HKBP SAE Nababan Dikenal Kritis