TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan harga daging sapi impor dari Australia terus mengalami kenaikan sejak akhir 2020. Kondisi tersebut mempengaruhi stabilitas harga daging di dalam negeri.
“Kenapa ini berdampak pada harga, kita tahu Australia tahun sebelumnya mengalami kebakaran dan ini menganggu populasi sapi,” kata Oke dalam webinar, Jumat, 7 Mei 2021.
Berdasarkan data Kemendag, harga daging sapi impor dari Australia mencapai angka tertinggi pada April 2021. Saat itu, harga per kilogram dipatok Aus$ 6,4. Padahal pada Januari 2020, harga sapi impor masih di posisi Aus$ 2,97.
Ancaman depopulasi membuat pasokan daging sapi segar dari Australia menurun. Padahal, Australia merupakan negara kedua pemasok daging terbesar setelah Brazil. Indonesia pun menjadi salah satu pasar penyaluran daging dari Negeri Kanguru tersebut. Saat ini, 100 persen sapi bakalan yang diimpor Indonesia berasal dari Australia.
Indikator depopulasi dapat dilihat dari langkah Australia yang mulau memotong sapi-sapi betinanya. Bila jumlah sapi betina yang disembelih mencapai 47 persen, Oke menyatakan populasi hewan tersebut di negara itu sudah benar-benar tercancam.
Di tengah ancaman menipisnya pasokan karena depopulasi, Australia mendapatkan peningkatan permintaan dari Cina dan Vietnam. Naiknya permintaan terhadap daging juga datang dari Indonesia menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah.
“Kita juga butuh pasokan dari Australia dengan harga terjangkau untuk permintaan dalam negeri,” kata Oke.
Sejak awal tahun hingga 6 Mei, realisasi impor daging sapi dari Australia baru menyentuh 27.206 ton atau 14 persen dari total kuota impor yang direkomendasikan Kementerian Perdagangan. Jumlah kuota impor sapi Australia mencapai 187.478 ton.
Baca: Jelang Lebaran, Kemendag Jamin Harga Daging Sapi Tak Lebih Rp 130 Ribu
FRANCISCA CHRISTY ROSANA