TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Asosiasi Peternak Layer Nasional Ki Musbar Mesdi mengeluhkan rendahnya harga telur di level peternak karena larangan mudik. Kebijakan ini dinilai membuat serapan telur di pasaran rendah.
“Sejak sepuluh hari sebelum Ramadan sampai sekarang ditambah ada larangan mudik, harga telur hancur tinggal Rp 16-18 ribu on farm,” ujar Musbar saat dihubungi Tempo pada Jumat, 7 Mei 2021.
Musbar menyebut serapan telur di pasar, khususnya Jawa Barat dan DKI Jakarta, turun hingga 30 persen karena aktivitas masyarakat berkurang. Rendahnya penyerapan komoditas juga didorong tren penurunan produksi industri makanan serta kegiatan ekonomi di restoran atau tempat makan.
Lambatnya penyerapan ini mengakibatkan stok telur menumpuk di kandang. Kondisi tersebut, kata Musbar, masih akan terus terjadi sampai Lebaran pada 13 Mei mendatang.
Adapun harga telur tidak sebanding dengan biaya operasional yang dikeluarkan oleh peternak. Menurut Musbar, saat ini peternak menghadapi ongkos produksi yang lebih tinggi karena adanya kenaikan harga jagung menjadi Rp 6.200 dan harga pakan menjadi Rp 6.700. Pada waktu bersamaan, harga ayam hidup atau live birds juga cenderung fluktuatif.
Meski di level peternak anjlok, harga telur di pasaran tetap bergerak stabil. Menyitir situs resmi Pusat Informasi Harga Pangan Nasional atau PIHPS, rata-rata harga telur ras segar tidak bergerak dari posisi Rp 26.050 per kilogram.