Sementara pendapatan bunga bersih BTPN turun 4 persen yoy dari Rp 2,91 triliun ke Rp 2,79 triliun. Penurunan pendapatan bunga bersih tetap terjaga rendah seiring dengan berkurangnya beban bunga.
Dengan permintaan kredit yang masih rendah akibat dampak dari pandemi, total kredit yang disalurkan BTPN per akhir Maret 2021 turun 15 persen (yoy) ke posisi Rp 132,68 triliun.
Penurunan kredit juga terjadi akibat penurunan nilai portofolio kredit dalam mata uang asing, yang jika dampak dari translasi ini dikeluarkan, total kredit yang disalurkan hanya turun sebesar 12 persen (yoy).
Adapun rasio gross kredit macet BTPN berada di level 1,42 persen. Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,21 persen pada akhir Februari 2021.
Per Maret 2021 tercatat dana pihak ketiga BTPN tumbuh sebesar 2 persen (yoy) dari Rp menjadi Rp 98,93 triliun. Hal itu didorong oleh meningkatnya sumber dana murah atau CASA, dari Rp 28,03 triliun menjadi Rp 30,56 triliun.
Dengan begitu, BTPN dapat mengurangi jumlah borrowing untuk turut menjaga pendapatan bunga bersih. Bank juga menjaga rasio likuiditas dan pendanaan berada di tingkat yang sehat, dengan liquidity coverage ratio (LCR) mencapai 199,70 persen dan net stable funding ratio (NSFR) 115,6 persen pada posisi 31 Maret 2021.
Sementara BPTN mencatat penurunan aset sebesar 12 persen(yoy), dari Rp 199,67 triliun menjadi Rp 174,72 triliun, dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 27,5 persen.
BISNIS
Baca: Pendiri Bank Jago Blak-blakan Pilih Akuisisi Artos Jadi Bank Digital