TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan Indonesia merupakan negara dengan cadangan karbon terbesar di dunia. Cadangan karbon di Tanah Air mencapai 75-80 persen dari total cadangan karbon dunia.
“Cadangan begitu besar bersumber dari kekayaan alam yang begitu besar yang bersumber dari hutan, mangrove, dengan nilai simpan karbon setara dengan 33 gigaton atau 20 persen dari cadangan dunia,” ujar Luhut dalam acara CEO Talks' Webinar: Sustainability Executive Connect, Rabu, 5 Mei 2021.
Selain hutan, Luhut mengatakan cadangan karbon di Indonesia berasal dari lahan gambut tropis dengan nilai simpan karbon sebesar 55 gigaton. Luasan lahan itu setara dengan 37 persen cadangan karbon dunia.
Kemudian, Indonesia juga merupakan pemilik rumah bagi hutan hujan tropis terluas yang mencapai 125,9 juta hektare. Luas lahan hujan tropis itu menghasilkan cadangan karbon senilai 25,18 gigaton.
Luhut menjelaskan, pemerintah terus memutar otak untuk mengurangi emisi karbon dengan menyusun kebijakan-kebijakan yang diklaim paling efektif dan efisien. Kebijakan itu termasuk penyiapan dana untuk kegiatan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim demi mencapai target emisi melalui perdagangan karbon atau carbon trading.
Perdagangan karbon merupakan kompensasi yang harus diberikan oleh negara dengan industri maju sebagai penghasil karbon. Kompensasi ini untuk membayar kerusakan lingkungan akibat asam CO2 yang dihasilkan negara penyerap karbon atau pemilik hutan.
“Mekanisme karbon trading menjadi solusi yang digunakan beberapa negara dalam mengurangi efek rumah kaca,” kata Luhut.
Baca: Luhut Evaluasi Pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung Tiap 3 Bulan