Dari sisi pengeluaran, kontraksi terjadi di konsumsi lembaga non profit yang melayani rumah tangga atau LNPRT sebesar minus 4,53 persen dan konsumsi rumah tangga minus 2,23 persen, serta pembentukan modal tetap bruto atau PMTB sebesar 0,23 persen.
Suhariyanto menjelaskan, kontraksi di konsumsi rumah tangga jauh lebih baik dari kuartal sebelumnya. Kontraksi terbesar di sumbang dari komponen transportasi dan komunikasi yang berada di laju minus 4,24 persen (yoy) dan minus 1,36 persen (qtq).
Sedangkan sektor yang tumbuh positif di sisi pengeluaran, yaitu ekspor sebesar 6,74 persen, impor 5,27 persen dan konsumsi pemerintah 2,96 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan sebuah negara disebut masuk ke zona resesi apabila pertumbuhan ekonominya semakin turun dalam dua kuartal berturut-turut. Tapi, jika ada perbaikan dari angka sebelumnya, makanya negara secara teknis tak masuk resesi.
"Namun hari ini kita tidak persoalkan itu resesi atau bukan resesi. Tetapi yang paling penting kita jaga kehidupan masyarakat dengan social safety net dan kemudian kita menjaga agar pertumbuhan tetap terlihat," ujar Airlangga di Kawasan Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad, 30 Agustus 2020.
BISNIS | CAESAR AKBAR
Baca: Singapura Lepas dari Jerat Resesi, Ekonomi Tumbuh 0,2 Persen di Kuartal I 2021