Menurut Sri Mulyani, pandemi Covid-19 adalah fenomena luar biasa dan merupakan guncangan yang bersifat global. Sehingga, dalam penanganannya pun membutuhkan berbagai instrumen, baik fiskal, moneter, maupun kebijakan lain dari sisi perekonomian.
Guncangan pagebluk, ujarnya, telah membuat pertumbuhan ekonomi Indonesia tumbuh negatif 2,1 persen pada 2020. Artinya, Indonesia hilang kesempatan untuk tumbuh Rp 1.356 triliun.
Untuk bisa menahan kemerosotan ekonomi akibat pandemi, Sri Mulyani mengatakan pemerintah menggunakan instrumen APBN atau fiskal secara luar biasa besar. Untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir, kata dia, pemerintah membuka defisit di atas 3 persen yang selama ini diatur dalam UU keuangan negara dan perbendaharaan negara.
Melihat situasi tersebut, Sri Mulyani mengatakan tantangan pada 2022 adalah pemerintah harus mengakselerasi pemulihan ekonomi sekaligus memulihkan kesehatan APBN yang sudah bekerja keras dua tahun berturun-turut dalam menghadapi pandemi.
CAESAR AKBAR
Baca juga: Sri Mulyani: Utang Neto RI Akan Naik Rp 1.177,4 T di 2021