TEMPO.CO, Jakarta - Emiten peretail PT Matahari Putra Prima Tbk. sepanjang tahun 2020 mencatat rugi bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 405,3 miliar. Rugi bersih ini turun ketimbang tahun sebelumnya sebesar Rp 552,7 miliar.
Dari laporan keuangan yang dipublikasikan perseroan di situs Bursa Efek Indonesia, Selasa, 27 April 2021, diketahui pendapatan usaha dari perusahaan dengan kode saham MPPA itu sepanjang tahun 2020 mencapai Rp 6,75 triliun. Angka ini lebih rendah dibanding tahun 2019 yang mencapai Rp 8,64 triliun.
Adapun pendapatan usaha perseroan tahun lalu disumbang oleh penjualan langsung dan penjualan konsinyasi masing-masing sebesar Rp 6,7 triliun dan Rp 495,8 miliar. Beban pokok penjualan juga menurun dari posisi Rp 7,07 triliun pada 2019 menjadi Rp 5,4 triliun pada tahun 2020.
Dari sisi aset MPPA pada tahun 2020 terbilang naik menjadi Rp 4,5 triliun ketimbang tahun 2019 sebesar Rp 3,8 triliun. Begitu juga, liabilitas perseroan bertambah dari Rp 3,29 triliun pada tahun 2019 menjadi Rp 4,33 triliun di 2020. Sementara ekuitas MPPA jeblok dari Rp 530,65 pada tahun 2019 menjadi Rp 184,7 miliar pada tahun 2020.
Meski begitu, perusahaan akan terus memperbesar kapasitas dengan membuka gerai baru tahun ini. Direktur Keuangan Matahari Putra Prima Herry Senjaya mengatakan perseroan berniat menambah sejumlah gerai baru pada 2021. Untuk itu, perseroan menyiapkan belanja modal atau capital expenditure sekitar Rp 5 miliar.
“Kami tentunya akan terus melakukan pembukaan gerai baru. Kami masih targetkan untuk membuka toko baru sekitar 5 - 6 toko tahun ini,” kata Herry dalam paparan publik insidentil, Kamis, 29 April 2021.
Apalagi, menurut Herry, penjualan perseroan sudah lebih baik pada tahun ini ketimbang pada masa awal pandemi 2020. Hal tersebut terlihat dari penjualan di periode festival seperti Ramadan hingga Idul Fitri 2021 ini yang sudah meningkat, walaupun masih menunggu setengah bulan lagi hingga periode musiman ini berakhir.