INFO BISNIS-Direktur IT dan Operasi BNI Bapak YB Hariantono mengatakan, pandemi Covid-19 telah mengakselerasi perubahan perilaku masyarakat untuk mengalihkan transaksinya dari cabang dan channel konvensional seperti ATM kepada layanan digital. Perseroan menyikapi hal ini dengan melakukan percepatan transformasi layanan digital yang berfokus pada tiga layanan champion.
Pertama, peningkatan kapabilitas mobile Banking secara berkelanjutan (pada segmen konsumer). Kedua, terus meningkatkan Platform Transactional Banking melalui produk BNI Direct dan solusi cash management terintegrasi (segmen korporasi). Dan ketiga, memperluas layanan digital BNI melalui kerjasama dengan fintech, e-commerce, serta ekosistem bisnis lainnya melalui Application Programming Interface/ API Digital Service BNI.
Hingga kuartal I tahun 2021, jumlah pengguna BNI Mobile Banking mencapai 8,56 juta atau tumbuh 58,4 persen dibandingkan kuartal I 2020 yang sebesar 5,41 juta nasabah. Dari sisi nilai transaksi pun tercatat Rp 138 triliun pada Maret 2021 atau tumbuh 33,2 persen dibanding Maret 2020 sebesar Rp 103 triliun.
Tingginya animo pengguna BNI Mobile Banking disebabkan oleh fitur -fitur baru, seperti Biometric Login, pembukaan rekening secara digital dengan fitur pengenalan wajah atau face recognition, peminjaman dana, pengelolaan tagihan kartu kredit, pengembangan e-wallet dan pengembangan QR payment
Kedua, platform digital transactional banking atau BNI Direct menawarkan solusi terintegrasi untuk layanan Payment Management, Collection Management, Liquidity Management, Value Chain Management, dan Open Banking Solution.
Hingga Maret 2021, jumlah nasabah cash management BNI mencapai lebih dari 72 ribu, meningkat 24 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Ketiga, BNI telah menyediakan 238 API Digital Service dengan jumlah pengguna lebih dari 3.000 klien.
BNI melanjutkan tren kinerja positif di tengah proses pemulihan ekonomi nasional. Pada kuartal pertama 2021, perseroan mencatat Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 8,1 persen year on year (YoY) mencapai Rp 639,0 Triliun, terutama dikontribusikan oleh peningkatan giro dan tabungan.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan, perseroan berupaya untuk memastikan pertumbuhan DPK yang sehat untuk menjaga marjin bunga bersih (Net Interest Margin). Pada kuartal I 2021, Perseroan membukukan NIM yang membaik dari 4,5 persen di akhir 2020 menjadi 4,9 persen. Pencapaian ini juga diikuti dengan pertumbuhan kredit 2,2 persen YoY, total kredit yang disalurkan hingga kuartal I 2021, mencapai Rp 559,33 triliun.
Sementara itu, di tengah kondisi perkonomian yang menantang di kuartal I 2021, Perseroan dapat merealisasikan pendapatan non bunga atau fee based income sebesar Rp 3,19 triliun.
Direktur Keuangan BNI Novita Widya Anggraini mengatakan, salah satu fokus utama kebijakan manajemen perseroan saat ini pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. Salah satu tolok ukurnya adalah Pre-Provisioning Operating Profit (PPOP), atau laba perusahaan sebelum pencadangan. Pada Kuartal I 2021, PPOP tercatat sebesar Rp 7,84 triliun atau meningkat 5,9 persen dibanding Kuartal I 2020, sebesar Rp 7,4 triliun.
BNI juga secara konservatif membentuk pencadangan (CKPN) yang sesuai untuk menghadapi risiko penurunan kualitas aset serta menghadapi tantangan perekonomian di masa mendatang. Pada Kuartal I 2021, Perseroan tetap membentuk CKPN yang tinggi sebesar Rp 4,81 triliun atau meningkat 127,7 persen diatas CKPN Kuartal I 2020 yang sebesar Rp 2,11 triliun.
Dengan nilai CKPN yang dibentuk tersebut, Perseroan melaporkan laba bersih pada kuartal 1 Tahun 2021 sebesar Rp 2,39 triliun, dengan rasio kecukupan pencadangan atau coverage ratio ditetapkan pada level 200,5 persen, lebih tinggi di akhir 2020 yang sebesar 182,4 persen.
"Dengan fundamental yang semakin kuat dan berjalannya program transformasi perusahaan, termasuk transformasi layanan digital, kami yakin bahwa kinerja BNI hingga akhir 2021 dapat lebih baik dibandingkan 2020," kata Novita Widya.(*)