Sedangkan, biaya untuk mengganti semua pipa dengan yang baru membutuhkan biaya yang sangat mahal. Dengan pertimbangan tersebut, aktivitas di lokasi tetap berjalan dengan pipa-pipa tua tersebut. SKK Migas mengetahui hal tersebut dan tidak mempermasalahkannya.
Penggantian beberapa pipa tetap dilakukan sejak 2007, tapi hanya pada bagian tertentu saja. Tahun 2021 ini pun, kata Susana, sudah ada rencana penggantian sebagian pipa dan masih berjalan. "Sudah koordinasi, akan dipercepat penggantiannya," kata dia.
Pipa-pipa tua ini yang akhirnya bocor juga pada 15 April 2021. Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno menyebut pipa yang bocor tersebut sudah berkarat. "Karena korosi, pipa sudah uzur alias aging facility, tidak ada efek eksternal," kata Julius, di hari yang sama.
Manager Communication Relations & CID perusahaan, Hari Setyono, pun membenarkan ihwal korosi pipa tersebut. "Karena memang pipa ini kan sudah lama ya, ini sudah berproduksi berapa tahun," kata Hari.
Memang, kebocoran sudah langsung bisa dihentikan langsung pada hari kejadian. Tapi, 8 barel minyak Pertamina pun harus tumpah ke laut dan mendarat ke pantai. Hingga saat ini, SKK Migas telah mendapatkan laporan dari Pertamina setidaknya ada 4 desa yang terdampak akibat kebocoran ini.
BACA: SKK Migas: 50 Persen Kegiatan Pengembangan untuk Perizinan dan Pengadaan Lahan
FAJAR PEBRIANTO