Selain itu, sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan dari Bank Indonesia, BCA mampu menurunkan suku bunga produk deposito, yang mana berdampak pada beban bunga yang lebih rendah. Oleh karena itu, BCA mampu membukukan pertumbuhan positif pada pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 3,3 persen YoY menjadi Rp 14,1 triliun.
Di sisi lain, pendapatan non-bunga berkurang menjadi Rp 4,9 triliun, atau turun 14,5 persen YoY karena pendapatan non-bunga pada triwulan I tahun lalu sebagian besar didorong oleh keuntungan tidak berulang (one-off gain) dari penjualan portofolio reksa dana. Secara total, pendapatan operasional tercatat sebesar Rp 19,1 triliun atau terkoreksi 2,0 persen YoY, sementara laba bersih tumbuh 7,0 persen YoY menjadi Rp 7 triliun.
Permodalan BCA tetap berada di posisi yang solid dengan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) tercatat sebesar 24,5 persen, lebih tinggi dari ketetapan regulator, serta likuiditas tetap memadai dengan loan to deposit ratio (LDR) sebesar 65,2 persen.
“Sejalan dengan perekonomian yang berangsur pulih dari pandemi, BCA tetap optimis dalam memanfaatkan peluang bisnis di seluruh segmen pada tahun ini," kata Jahja.
HENDARTYO HANGGI
Baca juga: BCA Catat Laba Bersih Rp 7 Triliun, Tumbuh 7 Persen