Penggabungan itu bisa memberikan potensi yang sangat besar bagi Bank Jago karena Tokopedia memiliki pengguna aktif bulanan yang sangat besar tembus 90 juta. Tokopedia juga tercatat sebagai situs e-commerce terbesar kedua di Indonesia setelah Shopee berdasarkan jumlah pengguna aktif.
Hal ini dapat membantu meningkatkan nilai transaksi melalui Bank Jago. Dengan asumsi bahwa Bank Jago dapat mendaftarkan 50 juta pengguna (60 persen dari pengguna aktif bulanan Tokopedia) dengan nilai yang sama per pengguna US$ 295, valuasinya bisa mencapai US$ 14,8 miliar atau Rp 213,9 triliun (setara dengan Rp 15.435 per saham).
Sementara skenario ketiga atau optimistis. Analis melihat potensi pengguna dapat mencapai 160 juta, yang sebagian besar terdiri dari populasi berusia antara 15 - 49 tahun (internet-savvy population). Atau melihat total angkatan kerja menurut data Bank Dunia yang mencapai hampir 135 juta orang.
Dalam skenario ini, Bank Jago diasumsikan bisa menguasai 45 persen dari pangsa pasar ini, meniru kesuksesan Bank Kakao Korea Selatan. Bank Jago diproyeksikan bisa meningkatkan basis pelanggannya menjadi 67,5 juta pengguna sehingga memenuhi syarat untuk valuasinya US$ 20 miliar atau Rp 288,7 triliun atau Rp 20.800 per saham.
Analis Sucor Sekuritas Edward Lowis menyebutkan, skenario tersebut bisa jadi terlihat terlalu optimistis. Meski begitu ia yakin hal tersebut bisa tercapai.
"Ambil contoh Bank Rakyat Indonesia (BBRI), perbankan dengan jaringan yang lengkap melalui cabang yang luas telah berhasil melayani total 80 juta nasabah pada tahun 2020," kata Edward dalam risetnya.
Dengan mempertimbangkan ketiga skenario di atas, analis Sucor Sekuritas sampai pada target harga saham Rp 15.000 berdasarkan 30 persen kemungkinan Bank Jago memenuhi skenario konservatif, 50 persen dari skenario yang lebih mungkin, dan 20 persen peluang untuk skenario optimistis. Harga target ini menyiratkan proyeksi PB 25 kali pada 2021.
BISNIS
Baca: BFI Finance dan Bank Jago Beri Penjelasan Soal Isu Akuisisi