Grahita bercerita bahwa FABA ini ibarat membeli sate ayam. Bara yang mengenap di bawah tungku pembakaran sate itu adalah bottom ash. Sementara asap pembakaran sate adalah fly ash.
Selama ini, kata dia, 99,99 persen dari limbah ini sudah ditangkap oleh mesin Electrostatic Precipitator (ESP). Semua PLTU, kata dia, sudah menggunakan ESP. Setelah ditampung, baru limbah ini dipindahkan ke landfill yang diberi lapisan High-Density Polyethylene (HDPE).
"Kalau yang rembes ke tanah sejauh ini tidak ada kasus," kata dia. Kasus yang sering terjadi adalah debu Fly Ash yang tertumpuk di landfill terbawa angin saat musim kemarau.
Sehingga, Ia menyebut penghapusan FABA dari daftar B3 sebenarnya bisa membuat pengolahannya lebih maksimal. Karena selama ini, ruang gerak untuk pemanfaatan FABA terbatas karena masuk kategori B3. "Ruang gerak perizinan, pengangkutan, dan pemanfaatan," kata dia.
BACA: Bikin Rumah dari Limbah Batu Bara, PLN: Tipe 72 Bisa Menyerap 11 Ton FABA
FAJAR PEBRIANTO