TEMPO.CO, Jakarta – Direktur Utama PT Kiniku Nusa Kreasi Tedy Tri Tjahjono menyatakan Bukit Algoritma yang dimimpikan menjadi Lembah Silikon (Silicon Valley) ala Sukabumi bukan bisnis properti. Kawasan ini merupakan pusat industri, riset, dan teknologi yang menemukan ilmuwan serta industrialis dalam satu kawasan.
“Bukit Algoritma bukan bisnis properti. Kalau bisnis properti akan habis,” ujar Tedy saat ditemui Tempo di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis, 15 April 2021.
Bukit Algoritma akan berdiri di lahan milik PT Bintang Raya Lokalestari seluas 888 hektare di Kecamatan Cikidang, Sukabumi, Jawa Barat. Bintang Raya Lokalestari adalah rekanan Kiniku Nusa Kreasi dalam proyek pembangunan Bukit Algoritma.
Menurut Tedy, dari seluruh area proyek, 70 persen di antaranya akan dibangun ruang terbuka hijau. Dengan demikian, hanya 30 persen kawasan yang bakal dialokasikan untuk pembangunan gedung atau tower.
Ketua Pelaksana Kiniku Bintang Raya KSO Budiman Sudjatmiko mengatakan telah berbicara dengan Dewan Perwakilan Rakyat ihwal pembangunan Bukit Algoritma. “Kami sudah diskusi dengan DPR untuk ruang hijaunya,” tutur Budiman.
Desain keseluruhan pembangunan Bukit Algoritma, kata Budiman, diserahkan kepada PT Amarta Karya (Persero) sebagai kontraktor utama. Amarta telah meneken kerja sama dengan Kiniku Bintang Raya KSO untuk membangun kawasan dari sisi infrastruktur hingga fasilitas fisik lainnya.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil sebelumnya telah mengingatkan agar pengembang Bukit Algoritma tak gegabah menyebut proyek ini sebagai Silicon Valley. Menurut dia, Lembah Silikon harus mengintegrasikan periset, industri pendukung inovasi, dan institusi finansial.
Ridwan alias Emil mewanti-wanti agar proyek itu tak sekadar gimik. “Kalau tiga poin tadi tidak hadir dalam satu titik, yang namanya Lembah Silikon hanya gimik,” tutur dia.
Baca Juga: Pembangunan Bukit Algoritma 'Silicon Valley' Diklaim Tak Gunakan APBN