TEMPO.CO, Jakarta -Seekor Paus Sperma (Physeter macrocephalus) ditemukan mati terdampar di Perairan Desa Bungko, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon pada Sabtu pekan lalu. Kejadian ini dilaporkan warga kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Loka Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Serang.
"Kejadian bermula dari laporan nelayan yang menemukan bongkahan besar di perairan wilayah tangkapan ikan pada pukul 02.00 WIB dini hari," kata Kepala LPSPL Serang, Iwan Taruna Alkadrie dalam keterangan tertulis Kamis, 15 April 2021.
Saat itu, kata dia, air sedang surut dengan kedalaman kurang lebih 1,6 meter. Ukuran paus yang cukup besar yaitu sepanjang 17,2 meter dengan bobot yang diperkirakan mencapai 20 ton, menyulitkan warga untuk melakukan evakuasi bangkai paus ke darat.
“Tim respon cepat LPSPL Serang langsung dikerahkan ke lokasi kejadian untuk melakukan penanganan terhadap bangkai paus yang mati,” ujarnya.
Memasuki hari keempat sejak dilaporkan, bangkai paus berhasil ditarik menggunakan alat bantu drum pelampung dan armada kapal.
“Persiapan logistik untuk evakuasi di lapangan berupa 6 armada kapal, terpal, jaring, tali tambang, drum pelampung dan ekskavator bantuan Dinas Kelautan dan Perikanan Indramayu berjalan lancar, sehingga proses evakuasi ke darat dapat dilakukan di hari ini,” kata Iwan.
Hasil pengamatan morfologi menunjukkan bahwa Paus Sperma yang ditemukan berjenis kelamin jantan. Belum diketahui penyebab kematian Paus. Proses nekropsi oleh tim peneliti Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (UNAIR) tetap dilakukan sebelum akhirnya bangkai dikubur menggunakan bantuan excavator.
Paus termasuk mamalia laut yang dilindungi secara nasional. Kementerian Kelautan dan Perikanan telah menetapkan rencana aksi nasional (RAN) konservasi bagi semua jenis mamalia laut tersebut melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Tahun 2018-2022.
Baca Juga: Paus Sperma Telan Plastik, WWF: Alam Butuh Solusi dari Hulu