TEMPO.CO, Jakarta - PT Waskita Karya (Persero) Tbk bakal menggunakan strategi Asset Recycling atau Daur Ulang Aset untuk bisa memenuhi peranya sebagai perusahaan pelat merah. Peran yang dimaksud antara lain sebagai agen pembangunan bangsa yang terus berkontribusi bagi pengembangan infrastruktur tanah air, serta sebagai badan usaha yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah para pemangku kepentingan.
Director of Business Development & QSHE Waskita, Fery Hendriyanto mengatakan bahwa Waskita merupakan pengembang infrastruktur jalan tol terbesar di Indonesia. “Model bisnis jalan tol Waskita berbeda dengan perusahaan operator jalan tol, Waskita menciptakan value dengan daur ulang aset lewat proses investasi, konstruksi dan divestasi,” kata Fery dalam keterangan tertulis, Kamis, 15 April 2021.
Sejak tahun 2014, Waskita mulai berinvestasi pada ruas-ruas jalan tol melalui akusisi badan usaha jalan tol ataupun lewat tender investasi yang diadakan oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT).
Pada puncaknya, portofolio jalan tol Waskita mencakup 18 ruas dengan total panjang mencapai 1.031 kilometer, dimana 15 ruas terletak di Pulau Jawa dan 3 ruas sisanya terletak di Pulau Sumatera. Waskita juga terlibat dalam konstruksi pembangunan tol-tol tersebut.
“Waskita punya lini bisnis yang saling terintegrasi,” kata Fery. “Dengan investasi tol, Waskita juga mendorong pertumbuhan kinerja lini bisnis lainnya, yaitu jasa konstruksi dan manufaktur beton pra-cetak."
Setelah ruas tol selesai dibangun dan telah beroperasi secara penuh maupun sebagian, Waskita akan menawarkan ruas tol tersebut kepada investor atau partner strategis yang berminat lewat proses divestasi.