Bila hal itu terealisasi, penawaran umum itu bisa menjadi penjualan saham pertama terbesar di Indonesia dalam lebih dari satu dekade. Dayamitra, yang biasa disebut Mitratel, disebut-sebut telah meminta proposal tentang penawaran potensial dan dapat segera memilih penasihat.
Sedangkan untuk IPO perusahaan pembangkit listrik energi terbarukan dikabarkan akan bisa menggalang dana setidaknya mencapai US$ 500 juta atau setara dengan Rp 7,3 triliun. Bila dijumlah, IPO dua perusahaan itu diharapkan bisa meraup dana segar hingga Rp 21,9 triliun.
Pahala memaparkan, sebelum perusahaan geothermal itu IPO, ada rencana penggabungan aset ketiga anak usaha sehingga membutuhkan waktu persiapan. "Kami perlu memastikan kesiapan dari sisi keuangan dan aset-aset," tuturnya.
Dengan begitu, kata Pahala, IPO yang dilakukan bisa menciptakan nilai tambah di pasar modal juga. "Ini betul-betul jangan sampai IPO hanya untuk IPO saja. Kami siapkan ceritanya apa nilai tambah yang bisa diciptakan di pasar modal melakukan permodalan ke depan untuk perkembangan ke depannya."
Pahala menyatakan saat ini Indonesia memiliki potensi sangat besar dalam pengembangan energi geothermal karena memiliki instock capacity yang cukup besar. Dengan terlebih dahulu menggabungkan aset-aset geothermal, perusahaan yang akan IPO tersebut dapat menjadi salah satu pemilik kapasitas geothermal terbesar di dunia.
BISNIS
Baca: Ridwan Kamil Sebut Silicon Valley Hanya Gimmick Branding Jika Tak Ada 3 Hal Ini