TEMPO.CO, Jakarta - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum sepanjang tahun 2020 membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 698,17 miliar. Hal ini membalikkan kondisi pada tahun sebelumnya yakni di 2019 ketika perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp 1,2 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasi per Desember 2020 yang dipublikasikan di situs Singapore Exchange (SGX), induk usaha holding pertambangan itu membukukan penurunan pendapatan sebesar 17,43 persen menjadi senilai Rp 66,57 triliun.
Tahun lalu, pendapatan perseroan tercatat mencapai Rp 80,63 triliun. Penurunan pendapatan terjadi pada semua komoditas perseroan, yakni emas, batu bara, logam timah dan tin solder, alumunium, feronikel, bijih nikel, dan lainnya.
Adapun produk emas yang merupakan kontributor terbesar pendapatan perseroan mencatatkan penurunan pendapatan dari Rp 22,46 triliun pada 2019 menjadi Rp 19,35 triliun pada 2020.
Pendapatan dari batu bara juga turun dari Rp21,42 triliun pada 2019 menjadi Rp 17,27 triliun pada 2020. Begitu juga pendapatan dari logam timah dan tin solder turun menjadi Rp 14,31 triliun pada 2020 dari Rp 18,1 triliun pada 2019 serta alumunium turun menjadi Rp 6,56 triliun pada 2020 dari Rp 6,91 triliun pada 2019.
Kemudian pendapatan dari feronikel turun menjadi Rp 4,66 triliun pada 2020 dari Rp 4,87 triliun pada 2019, bijih nikel turun menjadi Rp 1,96 triliun pada 2020 dari Rp 3,78 triliun pada 2019.