Sementara, bibit vaksin untuk protein rekombinan ekspresi mammalia sudah siap, tapi Bio Farma belum bisa memproduksi jenis yang ini. "Sehingga kemudian kami fokus pada ekspresi yeast, yang bibit vaksinnya bisa diserahkan ke Bio Farma sekitar Mei (2021)," kata Bambang.
Institusi berikutnya yang paling cepat dalam pengembangan vaksin ini adalah Universitas Airlangga (Unair). Platform yang digunakan yaitu inactivated virus. Lalu, Biotis Pharmaceutical Indonesia, bagian dari PT Biotis Prima Agrisindo. "Sekarang sedang mengusu izin CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) dengan BPOM," kata Bambang.
Adapun empat institusi lainnya yaitu Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang mengembangkan bibit vaksin dengan platform protein rekombinan. Lalu, Universitas Indonesia dengan platform bibit vaksin DNA, mRNA, dan Virus-Like-Particies.
Kemudian, Institut Teknologi Bandung (ITB) dengan platform bibit vaksin Vector Adenovirus. Terakhirm Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan platform protein rekombinan. Saat ini, belum ada konfirmasi dari mitra industri yang menjadi calon produsen untuk vaksin di keempat industri ini.
BACA: Wacana Paspor Vaksin, Sandiaga: Sudah Ditentang WHO
FAJAR PEBRIANTO