Kontrak harga emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange pada hari Jumat kemarin anjlok US$ 13,4 atau 0,76 persen menjadi US$ 1.744,80 per ounce. Sehari sebelumnya, harga emas berjangka melonjak menjadi US$ 16,6 atau 0,95 persen menjadi US$ 1.758,20.
Kepala Perdagangan Derivatif Logam Dasar dan Logam Mulia BMO Tai Wong, mengungkapkan, secara keseluruhan, pasar emas bullish dalam jangka pendek, dengan ekspektasi naik menembus melewati US$ 1.760-65. "Kehati-hatian tentang lelang baru (obligasi pemerintah) 10 dan 30 tahun dan laporan CPI (indeks harga konsumen) minggu depan mempertahankan dukungan imbal hasil, menjaga kenaikan emas terkendali," tuturnya.
Wong menilai imbal hasil mendorong sebagian besar pasar saat ini, secara langsung berdampak pada dolar AS dan saham dan ketiganya berpengaruh pada emas dengan dampak yang berbeda-beda. Dolar dan imbal hasil obligasi acuan AS rebound dari posisi terendah dua minggu, sehingga mengurangi daya tarik emas.
Sementara itu Gubernur Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) Jerome Powell pada Kamis, 8 April 2021, mengisyaratkan pihaknya tidak akan mengurangi dukungan ekonominya. Bank sentral juga memperingatkan kenaikan dalam kasus Covid-19 dapat memperlambat pemulihan.
Kepala Pasar Modal di Asia pada manajemen kekayaan Indosuez Davis Hall menyebutkan harga emas melemah dari puncak tahun lalu. "Ini adalah koreksi kecil dalam pasar bullish yang lebih lama," kata nya.
HENDARTYO HANGGI | ANTARA
Baca: Sebut Kehilangan 3 Peluang Industri, Bos BKPM: Kesempatan Emas Kita Hanya Nikel