Kunto mengatakan bahwa alokasi capex itu akan digunakan pengembangan rutin, usaha, proyek, dan keperluan lainnya. Dia menjelaskan bahwa alokasi capex terbesar digunakan pengembangan usaha, termasuk penyelesaian proyek smelter feronikel di Halmahera Timur, dan smelter grade alumina refinery (SGAR) yang bekerja sama dengan MIND ID.
“Capex juga digunakan untuk proyek yang masih digodok oleh Antam untuk dapat segera dikerjakan dan dilaksanakan,” ujar Kunto.
Kendati demikian, emiten berkode saham ANTM itu tidak menjelaskan secara detail proyek yang masih dirancang oleh perseroan tersebut. Capex tersebut akan berasal dari kantong internal perseroan dan sebagian dari pendanaan eksternal.
Kunto mengatakan perseroan tengah menjajaki alternatif instrumen pendanaan eksternal dengan mempertimbangkan cost of fund yang paling kompetitif bagi perseroan.
Adapun, Kunto menjelaskan bahwa pada tahun ini perseroan akan fokus untuk ekspansi di bisnis penghiliran mineral. Hal tersebut tercermin dari upaya perseroan untuk terus mengejar penyelesaian proyek smelter Feronikel dan SGAR sehingga dapat segera berkontribusi terhadap kinerja perseroan di tengah outlook nikel yang semakin positif.
Hingga akhir 2020, smelter Feronikel Haltim mencapai kemajuan konstruksi sebesar 98 persen. Pabrik Feronikel Haltim line-1 nantinya akan memiliki kapasitas 13.500 ton nikel dalam feronikel (TNi).