TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Center for Petroleum and Energy Economics Studies (CPEES), Kurtubi, memperkirakan Pertamina perlu mempersiapkan langkah-langkah tambahan untuk memastikan pasokan BBM terpenuhi setelah berhentinya operasi Kilang Balongan pasca kebakaran tangki beberapa waktu lalu.
"Manakala normalisasi operasi kilang balongan yang habis terbakar tangkinya belum bisa beroperasi secepatnya, atau hanya beroperasi sebagian, pasti ada langkah-langkah tambahan untuk memastikan suplai terpenuhi. Tambahannya ya impor," ujar Kurtubi dalam webinar, Jumat, 2 April 2021.
Pasalnya, menurut dia, sebelum ada kecelakaan kebakaran pun Indonesia sudah sangat tergantung kepada BBM impor. Keterbatasan itu disebabkan oleh kapasitas kilang yang terbatas, sekalipun beroperasi semua kilang.
"Kita masih perlu impor BBM. Yang menyedihkan juga minyak mentah bahan baku BBM impornya luar biasa," kata Kurtubi.
Kendati demikian, untuk jangka pendek, ia meyakini pasokan BBM ke Jakarta dan Jawa Barat tidak akan terganggu. Pasalnya, ketika ada masalah di kilang, Pertamina sejak dulu sudah siap dengan sistem penampungan dan pasokan yang harus dipertahankan, misalnya untuk kurun waktu 27 harian.
"Jadi kalau ada masalah di satu kilang, karena kecelakaan atau perawatan, pasti ada bantuan suplai dari kilang lain yang ada. Bantuan terbesar kilang terbesar di Jawa kilang Cilacap," tutur Kurtubi.
Ihwal dampak ekonomi dari kebakaran kilang, Kurtubi memperkirakan imbasnya tidak begitu signifikan. Apalagi, Pertamina menjamin ada suplai.
"Sebenarnya kalau bicara suplai BBM atau kemampuan swasembada dari pengadaan BBM ini, yang lebih memprihatinkan adalah minyak mentah yang produksinya sangat rendah 700 ribu barel per hari," ujar Kurtubi.
Sebelumnya, Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Mulyono mengatakan stok BBM nasional sangat aman. "Kami minta masyarakat tidak perlu panik karena stoknya luber," ujar dia.
Adapun rincian pasokan BBM nasional, menurut Mulyono, antara lain gasoline 10,5 juta barel atau cukup dalam 27-28 hari ke depan, solar 8,8 juta barel atau cukup untuk 20 hari, Avtur 3,2 juta barel atau cukup untuk 74 hari.
"Jadi enggak perlu panik karena stok sangat banyak dan berluber, karena kondisi belum sepenuhnya normal dan konsumsi belum begitu baik jadi stok masih sangat tinggi," ujarnya.
Ledakan dan kebakaran di tangki Kilang Balongan terjadi pada Senin dini hari, 29 Maret 2021, pukul 00.45 WIB. Kebakaran tersebut berdampak pada lima desa di Indramayu meliputi Desa Balongan, Desa Sukareja, Desa Rawadalem, Desa Sukaurip dan Desa Tegalurung.
CAESAR AKBAR
Baca juga: Pertamina Siaga Pastikan Api Tak Muncul Lagi di Kilang Balongan