Adapun Jennifer Granholm, menteri energi baru yang ditunjuk oleh Presiden AS Joe Biden, meminta pemimpin OPEC Arab Saudi mengenai kebijakan dan mengatakan energi harus tetap terjangkau. Artinya kelompok itu harus mempertimbangkan kenaikan produksi.
Merespons hal tersebut, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan pemulihan pasar saat ini dinilai masih jauh dari selesai. “Para pemain utama telah memutuskan bahwa waktunya untuk mendapatkan barel kembali di pasar, yang mengejutkan tetapi memungkinkan untuk beberapa fleksibilitas” kata direktur energi berjangka di Mizuho Bob Yawger.
Selain itu, Arab Saudi melakukan pemotongan sukarela ekstra 1 juta barel per hari. OPEC+ telah memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyaknya untuk tahun ini sebesar 300.000 barel per hari karena sejumlah lockdown baru.
Harga minyak mentah juga kembali naik setelah sentimen Joe Biden menguraikan rencana pengeluaran senilai US$ 2,3 triliun. Anggaran itu untuk berinvestasi dalam proyek-proyek tradisional, seperti jalan dan jembatan, di samping mengatasi perubahan iklim.
Tetapi sentimen pasar diredam oleh kenaikan tak terduga dalam klaim tunjangan pengangguran AS. Stok minyak mentah AS turun secara tak terduga minggu lalu, membantu mendukung harga minyak, data Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan. "Data persediaan menunjukkan bahwa situasi terus menjadi normal di pasar minyak AS," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
BISNIS
Baca: Pemulihan Ekonomi Tak Pasti, Harga Minyak Jeblok jadi USD 60 per Barel